Diposkan pada life

Siapkah Kita Berpisah?

Pagi ini gue tidak sengaja membaca sebuah tulisan di blog seseorang tentang “kehilangan“. Bukan, bukan kehilangan pacar atau gebetan dan sebagainya. Segalau-galaunya gue dalam menemukan jodoh gue nggak sampe segitunya gue ngegoogle dan bertanya “How to meet my Jodoh” 😀 hehehe. Gue nyasar di blog itu juga nggak sengaja dan yang awalnya ngintip-ngintip satu postingan jadi gue penasaran baca keseluruhannya. Sama kayak follower blog gue yang mungkin kesasaran terus ngintipin isi blog gue yang 90% curhatan gue *i am right?!.

Postingan yang gue baca pagi ini tentang kehilangan orang tua. Seketika air mata gue ngembeng alias berkaca-kaca ketika author bilang bahwa dirinya tidak siap kehilangan bapaknya, seketika hati gue meleleh dan keinget orang tua gue di rumah. Dan gue bertanya “siapkah diri ini ketika menerima kabar buruk itu?” atau “siapkah kita berpisah dengan orang yang paling kita sayang? orang tua, kakak atau adik?“. Well yeaah karena belum berkeluarga, gue merasa hal terberat dan gue takutkan adalah kehilangan orang tua, bukan kehilangan pacar atau gebetan.

Beberapa teman gue ada yang sudah kehilangan ayah atau ibunya, bahkan ada yang sudah menjadi yatim piatu dalam kurun waktu kurang dari lima tahun di usia seumuran gue. Ahh ya, berapapun usia kamu ketika kamu kehilangan orang tua pasti sedih. Gue keingetan emak bapak gue. Gue yang kadang suka cemberut-cemberut kalo dinasehatin soal pernikahan, gue yang kadang suka merasa tertekan ketika ditanya “kapan kamu kenalin calon kamu“, gue yang kadang…merasa lupa bersyukur. Dan kini selayaknya gue sadar bahwa gue masih dikasih kesempatan ditungguin oleh Papa-Mama gue, gue masih diberi support untuk mencari jodoh oleh Papa-Mama gue, harusnya gue bersyukur. Bahkan gue kini sadar, semakin mereka menua dan semakin mereka ingin melihat gue bahagia. Harusnya…gue bersyukur dan mensyukuri.

Siapkah kita berpisah? Jujur, gue nggak akan siap kalo kabar duka itu datang menghinggapi diri gue. Bagi gue, Papa Mama semacam sandaran hidup gue selama ini. Walau kadang gue lupa atau malah mendurhakai orang tua gue secara tidak sadar. Gue nggak siap kalau kehilangan mereka. Gue jadi inget waktu gue kecil dulu, gue ngintilin nyokap gue karena gue takut mereka meninggalkan gue. Ahh ya, gue kadang lupa bahwa suatu hari nanti akan ada kabar duka itu.

Papa yang suka menjemput gue pulang ke rumah atau sekedar mengantarkan gue sampai pagar ketika pergi meninggalkan rumah, papa yang memenuhi keinginan gue tanpa gue minta, papa yang gue yakini mendoakan untuk kebaikan dan keselamatan gue dunia akhirat, papa……yang jarang gue peluk bahkan mungkin gue lebih banyak memeluk orang lain dibandingkan Papa gue sendiri, gue cuma memeluk Papa saat sungkeman lebaran. Berbeda dengan Mama yang lebih banyak berbicara dengan gue, lebih banyak berbicara dan bertukar kabar dengan gue, tapi kadar sayang dan cinta gue sama dengan keduanya. Mereka yang mencintai gue tanpa syarat.

Ahh..selayaknya gue memang harus mensyukuri dan nggak kufur nikmat akan hadirnya mereka yang masih lengkap untuk mendampingi gue. I love you more than words, Papa dan Mama.

Ya Allah, jagalah kedua orang tuaku, adik-adikku sebaik-baiknya penjagaanMu. Bimbinglah mereka untuk berada di jalanMu. Sungguh sampai kapanpun saya tidak siap kehilangan mereka dari hidup saya, tapi saya sadar semuanya berasal dariMu dan akan kembali kepadaMu.

ya Allah biha ya Allah biha
ya Allah bi khusnul khotimah
ya Allah biha ya Allah biha
ya Allah bi khusnul khotimah

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ

Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan rasul) yang menyeru kepada iman (yaitu): “Berimanlah kalian kepada Rabb kalian!”, maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa besar kami, hapuskanlah dari kami dosa-dosa kecil kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran [3]: 193)

Penulis:

Bininya Masbeb, suka masak, dramaqueen, hobi nonton horror

36 tanggapan untuk “Siapkah Kita Berpisah?

  1. Saya pernah lihat sebuah baliho besar, iklan layanan masyarakat di kota tinggal saya, isinya gini: “Datanglah ketika orang tuamu memanggil, sebab esok belum tentu ia akan memanggilmu lagi.”. Tiap kali lewat dan baca baliho itu, rasanya gimanaa gitu. Hehe, yang jelas emang selalu bikin emosional tiap kali berbicara tentang pengorbanan orang tua.

  2. baca tulisan ini sambil play lagu di fram youtube di atas berhasil bikin saya mewek.
    Sebagai anak rantau saya juga sadar bahwa saya jarang peluk mereka, apalagi ayah, Jarang ngobrol karena jarang telfon. Yang sering telfon si ibu.

    Tapi.. belum tau akan siap atau nggak.
    Ketika setiap pulang kerja ada yang nelfonin.
    Lalu tiba tiba gaada,

    :’)

    pada dasarnya semua akan kembali sih ya.. tp siapa atau ga?
    Yang jelas skrg memang harus bersyukur. Bener banget itu mah

    1. Ahhh i feel you.
      Aq pernah merantau dua tahun.
      Dan ada masa aq tiba-tiba kangen mereka.
      Pernah tiba2 tlp Papa dan nangis krn kangen beliau. Iya kangen Papaku, pdhl kami ngga dekat krn Papa itu galak hehe.
      Ortu masih lengkap hrusnya kita bersyukur ya.
      Karena blm tentu kita siap ketika mereka meninggalkan kita utk selamanya.

  3. Siap gak siap sih…
    Ya memang kudu ngelakuin yang terbaik deh buat yang orang yang kita sayang…
    Biar tidak menyesal saat waktu perpisahan tiba

    1. Iyaa.
      Yg udah melakukan yg terbaik aja masih suka menyesal.
      Apalagi yg nggak pernah.
      Berbuat baiklah kepada ibu dan bapak selagi mereka masih ada.

    1. Makasih mba 🙂

      Aq nyaris tiap hri komunikasi sm mama via WA.
      Klo sm Papa biasanya komunikasi seperlunya malahan.
      Dan gara2 ngintip tulisan di blog orang jadi keinget soal orang tua tentang “kehilangan”.

      1. enaknyooo mamanya bisa WA. Kalo ortuku jaman dulu banget, hanya bisa angkat telepon dan pencet2 nomor aja, selebihnya kayak sms apalagi WA wah wassalam. Hehe….

        1. Hehe.
          Mamaku kelahiran 65
          Klo Papa kelahiran 58, termasuk jadul sbnrnya mba. Tapi udah setahun terakhir si Papa diajarkan mengerti WA bahkan FB krn beliau pensiun dan nggak ada kegiatan. Biar bs keep in touch sm temen2nya.
          Maklum, blm punya cucu. Jd ga ada mainannya.
          Ya setidaknya teknologi masih memudahkan kita ya utk kontak sm ortu sekalipun jauh, jd ga perlu berkirim surat kaya jaman baheula.

  4. Pernah gak siap banget waktu harus kehilangan Ayah, bener-bener tanpa aba-aba. Malamnya malah sempet ninggalin Ayah-Mama cuma buat nge-mall. Kalau tau, pasti lebih milih melukin Beliau sampe bener-bener “istirahat”. Dan sekarang, jadi sedikit trauma ninggalin Mama sendirian. Hiks 😥

  5. ngomongin orang tua apalagi soal kehilangan duuh, belum mau kebayang, masih takut, dan bikin sedih soalnya 😭😭

    Btw, keyword yg kebanyakan bikin nyasar ke blog gue itu loh, “gimana caranya ketemu jodoh tidak terduga” *ngakak abis abisan, bnyak orang googling jodohnya siapa ternyata 😂

    1. Me too 😦

      Btw, klo keyword yg nyasar di blog aq rata2 soal ngisi angpao di acara nikahan hahahaha.
      Bnyk juga yg galau ngisi amplop ternyata.

  6. pada akhirnya kehilangan mengajarkan kita betapa berharganya yang kita miliki , Sebelum hal buruk itu terjadi yang harus kita lakukan adalah menjaga dan memperbaiki diri

  7. I can feel It, apalagi pas ayah pergi nggak sempat ketemu terakhir kali. Selisihan pas diperjalanan. Sekarang tinggal mamake, beneran bikin mewek tulisan ini. Salam kenal ya mbake. Ijin follow Twitternya.

  8. saya kira semua orang yakin akan mengalami perpisahan, maka dari itu harus sudah dipersiapkan sejak keyakinan itu ada.
    saya jadi ingat isi ceramah seorang ustad bahwa ada 3 hal yang harus diyakini di dunia ini yaitu :
    yakin akan berpisah.
    yakin ada balasan.
    yakin akan mati.

Tinggalkan Balasan ke nengsyera Batalkan balasan